Kamis, 25 Desember 2008

TIYANG ALIT Buka Suara


TIYANG ALIT Buka Suara

Surabaya(19/12/2008). Tak sia – sia memang persiapan yang dilakukan sanggar teater mahasiswa Tiyang Alit , sanggar yang bernaung di Institut Teknologi sepuluh Nopember (ITS),dari beberapa bulan lalu. Sanggar yang bermarkas di lantai dua SCC ini mengadakan suatu acara teaterikal yang selalu dihelat di akhrir tahun.

Event tahun ini diketuai oleh Wiwit dan melibatkan “larva” (istilah untuk menyebut anggota baru dari Sanggar Tiyang Alit) dan beberapa pemain senior yang disebut “kepompong”. Event ini juga sebagai ajang pembuktian eksistensi dan kemampuan para larva sebagai pendatang baru.

Acara ini tak hanya dihadiri dan diisi oleh anggota Tiyang Alit dan mahasiswa ITS sendiri, namun melibatkan partisipasi dari beberapa sanggar teater luar ITS sebagai pengisi acara dan dihadiri tamu – tamu undangan dari berbagai kalangan.

Acara yang diselenggarakan dalam markas Tiyang Alit ini terbilang memiliki konsep yang unik, suasana persaudaraan yang kuat terasa begitu kental begitu memasuki ruangan. Disambut oleh beberapa orang resepsionis berpakain merah, hitam dan bawahan batik, tamu digiring memasuki suatu ruangan yang dibungkus kain hitam dan tanpa cahaya. Alas duduk telah tersedia berupa karpet plastik putih dan kami duduk “lesehan” ala warung kopi, semakin menambah kesan akrab. Tak lama berselang, beberapa wanita mengedarkan beberapa piring berisi penganan tradisional sebagai teman nonton kami nanti. Wow, agak surprise memang, baru kali ini saya diberi konsumsi saat menonton pementasan teater gratisan. Beberapa orang dengan tak sungkannya membakar batangan rokoknya, asap mengepul memenuhi ruangan.

Tak seperti pementasan teater pada umumnya yang terkesan serius dan berat, disini penonton dapat menyeletuk, berkomentar, menimpali pemain dan malah akan ditanggapi oleh pemain yang dituju. Pada pementasan ini hal – hal tersebut tak lagi barang tabu, mengingat rata – rata penonton adalah rekan sesama pemain teater dan sebagian besar sudah saling kenal maka suasana disini benar – benar lumer dan hangat dengan tidak mengurangi sisi profesionalitas dan kualitas tampilannya. Kelihatan penonton begitu akrab dan nyaman dengan suasananya diluar kesan dingin dan mistis dari ruangan hitam gelap ini.

Musik perkusi dari batangan bambu yang ditiup pelan menghasilkan efek yang dramatis, mistis, indah, alami dan tragis. Terdengar seperti lenguhan kerbau yang dipantulkan jajaran pohon angkuh di hutan belantara. Lalu masuk tabuhan gendang yang dalam dan bertalu bersahutan, iramanya rancak dan semakin cepat.Musik ini terdengar seperti musik suku – suku pedalaman yang akan membawa imaji penikmatnya pada suasana pesta suku primitif yang liar, rancak, ekspresif dan tak terbatas. Perkusi yang dibawakan oleh Teater Jendela ini menampilkan dua komposisi pembuka dan benar – benar telah menyedot simpati penikmatnya terlebih mereka yang baru pertama kali melihat tampilan perkusi macam ini.

Musik perkusi kembali terdengar, dan hening sejenak, lampu panggung menyala dan beberapa wanita berpakaian hitam memegang sapu lidi atau “tepis” di kedua tangannya lalu mulai bergerak perlahan layaknya sedang menggiring sesuatu, gerakannya lamat dan sorang wanita lain masuk lalu menari diantara penari – penari sebelumnya. Tarian teaterikal dari Teater JOSS kali ini begitu memikat sampai – sampai penonton yang sebelumnya telah diwanti – wanti untuk tak menyalakan apapun ,blits kamera sekalipun, dengan asyiknya berjajar tiarap di depan panggung dan mengabadikan moment dengan jepretan bertubi – tubi.

Judul teater Tiyang Alit kali ini adalah Anzing!!! Berupa karya drama monolog yang mengangkat realita sosial masyarakat yang digambarkan mulai bertingkah tak manusiawi layaknya seekor anjing. Karya yang disutradarai oleh Rinto ini dibuka oleh puisi dari 5 “anjing” yang menggambarkan lima penyakit sosial dalam masyarakat diantaranya korupsi, pornoaksi, penjilat dan anjing - anjing lain dalam masyarakat kita, seperti pekik anjing kelima,”Dimana – mana ANJING!!!!!!! ” . Drama ditutup dengan aksi buka baju oleh satu – satunya actor, Rizal , menggambarkn manusia yang pantas telanjang daripada bertopeng kebobrokan. (Tr) ADIPUTRA.Press

Tidak ada komentar: