Kamis, 12 Februari 2009

Overview of Banyuwangi

Overview of Banyuwangi
Banyuwangi, kota kabupaten di pucuk timur pulau Jawa. Sebagian orang hanya mengingat kota kecil ini sebagai kota transit sebelum menyeberang ke pulau tetangga kami yang sangat terkenal itu, Bali. Namun, tak ada satupun yang tahu seperti apa kota kecil ini sebenarnya, tak ada yang ingin tahu.
Tapi tak apa, toh kota ini masih melenggang santai menantang jaman yang gila – gilaan, Banyuwangi kota yang acuh dan tak ambil pusing dengan jaman. Mungkin kota ini adalah salah satu kota yang menolak globalisasi besar – besaran seperti kota – kota lain di Jawa, kami terlalu senang dengan apa yang ada disini sekarang.
Disini kami cukup makan dengan sepuluh ribu perhari, cukup hangat dengan siang yang cerah dan cukup dingin dengan malam yang sejuk, cukup santai dengan suasana laut dan cukup damai dengan pegunungan yang ditempuh 20 menit perjalanan dari bibir pantai.
Disini tempat menikmati hidup, suasananya aman dan akrab, mengalir dan santai. Jalanan hanya sibuk pada jam – jam tertentu seperti jam masuk dan pulang sekolah atau jam pulang kantor, itu pun tak sampai satu jam. Jajanan tersebar di setiap sudut kota menawarkan menu – menu goyang lidah bercirikan pedas gurih khas Banyuwangi dan bagi penggemar seafood maka disini surganya.
Akulturasi budaya di Banyuwangi tak kalah rumit. Lokasinya yang berjarak tak lebih lebar dari Sungai Mahakam dengan the famous Bali dan sejarah koalisi pada jaman kerajaan antara Blamabangan dan Kerajaan Bali sedikit banyak mempengaruhi kesenian asli Banyuwangi, dari music pertunjukannya, tarian dan aksesorinya, seni perannya dan beberapa upacara adatnya. Pengaruh budaya suku Madura melahirkan suatu temperamen keras khas orang pantai pada diri orang Banyuwangi, diimbangi keluwesan dan keramahan suku Jawa pada umumnya dapat dilihat dalam sikap hangat yang ditawarkan masyarakat di Banyuwangi. Dari kesemua akulturasi budaya itu lahirlah suku Osing, suku asli Banyuwangi. Suku yang memiliki dialeg dan bahasa autentik, bahasa Osing. Suku dengan rasa kekeluargaan yang erat satu sama lain dan kehidupan social masyarakat yang menarik. Suku ini tersebar dari Banyuwangi Utara (daerah Ketapang) sampai wilayah kecamatan Songgon, Rogojampi.
Keadaan geografis Banyuwangi tak kalah kaya, musim yang bersahabat, sumber air dan hutan yang masih terjaga, laut yang kaya, tanah yang subur, topografi yang lengkap mulai dari hutan hujan, hutan musim, sabana, dataran rendah, pantai, pegunungan sampai daerah tergersang seperti gunung kapur dimiliki Banyuwangi. Wisata alamnya yang tak kalah wow dengan tetangga kami seperti Taman Nasional Baluran dengan hutan hujan, hutan musim, sabana, hutan mangrove dan bantengnya, Alas Purwo dengan vegetasi mangrove terbaik di pulau Jawa serta Sukomade dengan penangkaran Penyu Hijaunya. Kawah Ijen dengan danau kawah terbesar di Asia dan Pantai G-Land surga para surfer yang moncer dengan ombak terbaik kedua di dunia.
Bila anda penggila kebudayaan dan seni, kunjungilah desa – desa suku Osing di daerah Kemiren dan nikmatilah pagelaran seni Jejer Gandrung, Dhamarwulan, Angklung Paglak, Kebo – Keboan, Seblang, Angklung Caruk dan tradisi Sambatan yang masih dapat ditemui disini sambil menikmati jajanan asli seperti kue bagiak, opak gulung, sale, rengginan dan lainnya.
Bila anda menginginkan liburan yang santai maka berbecak ria keliling kota Banyuwangi cukup dengan Rp. 20.000,- sembari mengunjungi kedai rujak soto yang kondang akan sangat menyenangkan, atau ingin sesuatu yang berkesan maka dokar wisata patut dicoba. Ingin mencicipi makanan ala lesehan Banyuwangi yang terkenal dengan “Sego Tempong” bagi anda penggemar kuliner pedas maka menyusuri sepanjang jalan Ahmad Yani dan Adi Sucipto, mulai petang hingga dini hari, akan sangat memuaskan selera anda.
Bila anda menginginkan wisata alam yang menantang adrenalin dan fisik anda maka hiking di Ijen dengan kemiringan lebih dari 60o tidak bisa dilewatkan, menyusuri jalanan off road alas purwo dan sukomade, melibas belukar di Baluran dan menjadi raja lautan di atas ombak Pantai G-Land patut anda coba.
Sampai jumpa di Banyuwangi, kota kecil yang mengalir dan jauh dari hiruk pikuk Krisis Global. Sebagai oleh – oleh, terimalah wangsalan dari kami ;
Panase latar cungking
(Panasnya pelataran Cungking)
Ademe lurung Kemiren
(Dinginnya jalanan Kemiren)
Welase keliwat sangking
(Rasa sayangnya teramat sangat)
Kadung demen wes sakat bengen
(Kalau cinta sudah sejak dulu)